Bagikan 👇

Timesnusantara.com – KUKAR. Ratusan masyarakat berkumpul di Keraton Museum Mulawarman, Tenggarong untuk mengikuti prosesi puncak Erau Adat Kutai 2025, pada Minggu (28/9/2025).

Suasana penuh suka cita terasa sejak pagi hingga sore hari, ketika rangkaian tradisi mengulur naga hingga belimbur berlangsung khidmat sekaligus meriah.

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Aulia Rahman Basri, hadir langsung dalam prosesi tersebut menyebutkan bahwa ulur naga yang kemudian dilanjutkan dengan belimbur menjadi tanda berakhirnya seluruh rangkaian Erau tahun ini.

“Ketika kita sudah melaksanakan kegiatan mengulur naga yang dilanjutkan dengan belimbur, itu menjadi penanda bahwa rangkaian Erau akan segera kita akhiri,” ucapnya.

Belimbur yang dilakukan dengan air Sungai Mahakam selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu masyarakat. Setelah naga dilepas, masyarakat saling memercikkan air sebagai simbol kesucian dan kebersamaan. Bupati Aulia menilai, prosesi ini bukan sekadar tradisi, melainkan sarat makna mendalam.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, kami menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap pelaksanaan Erau tahun 2025 ini, kita menjunjung tinggi adat dan adab, kemudian disempurnakan dengan ilmu, insya Allah kita akan mampu membawa Kutai Kartanegara menuju puncak kemakmuran,” kata Aulia.

Aulia pun juga menyampaikan bahwa, ada tiga nilai utama yang bisa dipetik dari prosesi ulur naga hingga belimbur. Pertama, nilai kesakralan yang harus dijaga karena setiap tahapan memiliki aturan yang tak boleh dilompati.

Kedua, nilai kesucian yang diyakini mampu mengembalikan diri manusia pada fitrahnya. Ketiga, nilai kesyukuran, karena belimbur mengajak masyarakat merayakan nikmat dan persatuan yang tetap terjalin di bumi Kukar.

Prosesi adat itu juga mendapat perhatian khusus dari masyarakat Tenggarong. Mereka tak hanya datang untuk menyaksikan, tapi juga ikut larut dalam suasana penuh kebersamaan.

Wajah-wajah riang tampak ketika air belimbur dipercikkan ke tubuh, seolah membawa kesegaran baru setelah menjalani rangkaian panjang Erau.

Senada dengan pernyataan Bupati, Camat Tenggarong, Sukono, menyebutkan jika momen ini sebagai hari yang penuh kegembiraan bagi masyarakat Kukar khusunya warga Tenggarong.

“Ini hari yang bergembira bagi masyarakat Kukar, khususnya warga Tenggarong sendiri. Kita harap dengan adanya adat istiadat seperti ini bisa terus dijaga, terutama bagi generasi muda,” ujarnya.

Bagi Sukonk, Erau bukan hanya festival tahunan, melainkan bagian dari identitas kabupaten kutai kartanegara yang mengikat mereka pada sejarah dan leluhur.

“Prosesi adat ini sangat penting untuk menanamkan rasa bangga sekaligus memperkuat persatuan lintas generasi,” tutup Sukono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *