Timesnusantara.com – KUKAR. Inovasi program Jemput Sampah Melayu (Jumpamu) yang digagas Pemerintah Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, mulai menunjukkan tren positif.
Program ini dijalankan dengan menggandeng sekolah-sekolah dalam rangka mendorong pengelolaan sampah yang lebih baik sekaligus membangun budaya peduli lingkungan sejak usia dini.
Lurah Melayu, Aditiya Rakhman, melalui Kasi Pembangunan Taufik Anwar, menjelaskan bahwa kerja sama dengan sekolah diawali dengan penandatanganan MoU selama satu tahun. Beberapa sekolah yang sudah terlibat yaitu SDN 009, SMPN 3, dan MTs Al-Kautsar.
“Program Jumpamu ini sudah mulai berjalan dan alhamdulillah hasilnya cukup baik,” ujarnya saat dikonfirmasi via telepon, Rabu (17/9/2025).
Dalam pelaksanaannya, setiap hari Sabtu sekolah menyerahkan sampah yang dikumpulkan siswa kepada bank sampah. Mekanisme ini sekaligus mendukung program Adiwiyata yang menekankan peran sekolah dalam pengelolaan lingkungan.
Selain itu, pihak sekolah juga memberikan edukasi agar siswa terbiasa memilah dan mengurangi sampah, terutama plastik sekali pakai.
Meski belum ada aturan yang bersifat mengikat, kesadaran siswa mulai tumbuh. Salah satunya dengan membawa tempat makan dan minum sendiri untuk mengurangi sampah plastik.
“Ini langkah kecil, tetapi sangat penting. Pengelolaan sampah memang harus dimulai dari kesadaran diri masing-masing,” tutur Taufik.
Bank sampah yang menjadi mitra Jumpamu turut berperan aktif mendukung program Adipura. Mereka melayani pengangkutan sampah dari sekolah sekaligus mengelola sistem tabungan sampah.
Dalam kurun waktu dua bulan berjalan, program ini sudah menunjukkan hasil nyata. Di SMPN 3 misalnya, jumlah sampah yang sebelumnya mencapai 40 kilogram per minggu berhasil ditekan melalui sistem penjemputan rutin setiap Jumat.
Pemerintah Kelurahan Melayu berencana memperluas cakupan Jumpamu ke sekolah-sekolah lain yang belum terlibat. Dengan begitu, pola pengelolaan sampah berbasis kolaborasi dapat berjalan lebih luas dan memberi dampak langsung pada kebersihan lingkungan di wilayah Melayu.
Selain memberi manfaat lingkungan, program Jumpamu juga bernilai ekonomis. Sampah kertas dan plastik yang terkumpul dapat dijual kembali, sehingga siswa dan sekolah belajar bahwa sampah bukan sekadar limbah, melainkan bisa menjadi sumber nilai tambah.
Lebih lanjut, kegiatan ini diharapkan membentuk budaya peduli lingkungan sejak usia sekolah. Siswa diajak untuk terbiasa memilah sampah dari rumah, sehingga lahir generasi yang lebih sadar pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
“Program Jumpamu kami dorong agar menjadi budaya bersama. Dengan begitu, pengelolaan sampah di Kelurahan Melayu bisa lebih tertata, mendukung program Adiwiyata, dan sekaligus sejalan dengan upaya mewujudkan Kukar yang bersih dan sehat,” pungkas Taufik.